Pada masa-masa awal kelahiran Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) tahun 1960-an, kader pergerakan bukan hanya dikenal karena lantang bersuara di jalan, tetapi juga karena ketekunannya dalam menulis, mencatat, dan mengarsipkan setiap langkah perjuangan. Pena adalah senjata, kertas adalah medan juang, dan administrasi menjadi saksi hidup atas perjuangan intelektual mahasiswa Islam kala itu.
Semangat itulah yang hendak saya hidupkan kembali hari ini, semangat tertib, disiplin, dan tanggung jawab dalam mengelola setiap aspek gerakan, termasuk dalam administrasi. Sebab tertib administrasi bukan sekadar urusan surat menyurat, melainkan bentuk konkret dari kesadaran ideologis dan tanggung jawab moral terhadap organisasi. Kajian ilmiah menunjukkan bahwa administrasi yang tertib meningkatkan efektivitas dan efisiensi organisasi, serta memperkuat akuntabilitas internal.
Dalam tubuh PMII, administrasi bukanlah hal kering tanpa makna. Ia adalah bagian dari sistem nilai pergerakan dan nilai hablum minannas yang mengajarkan keteraturan sosial, tanggung jawab bersama, dan ketertiban dalam kerja organisasi. Ketika administrasi dijalankan dengan tertib, sesungguhnya kita sedang membangun pondasi kejujuran dan akuntabilitas di tengah gerakan yang dinamis. Praktik ini sejalan dengan prinsip tata kelola administrasi modern, di mana pengelolaan arsip yang baik mendukung transparansi, efisiensi, dan akuntabilitas organisasi, sebagaimana ditunjukkan oleh Kemenkum Sumsel dalam pemusnahan 1.335 arsip fasilitatif sebagai upaya menegakkan tertib administrasi.
Sebagai sekretaris, saya memandang bahwa setiap catatan rapat, setiap surat keputusan, hingga arsip kegiatan adalah jejak sejarah perjuangan kader. Dari pena kader masa lalu yang menulis dengan idealisme 1966, hingga laptop kader hari ini yang mengetik dengan semangat digital, keduanya memiliki satu ruh yang sama: mengabdi pada kebenaran dan kemaslahatan.
PMII lahir bukan dari ruang kosong, melainkan dari kesadaran bahwa mahasiswa Islam harus menjadi pionir perubahan dalam berpikir kritis, bertindak solutif, dan mengatur dirinya secara tertib. Maka, bagaimana mungkin kita berbicara tentang perubahan sosial jika dalam urusan administrasi saja kita abai dan tidak teratur?
Tertib administrasi adalah bentuk kecil dari revolusi mental di dalam pergerakan. Ia mengajarkan kita bahwa perjuangan tidak selalu dimulai dengan orasi, tetapi dengan ketepatan mencatat, keteraturan menyusun, dan kejujuran melaporkan. Dari administrasi yang rapi lahir organisasi yang kuat, dan dari organisasi yang kuat lahir gerakan yang beradab.
Hari ini, saat laptop menggantikan pena, semangat itu tidak boleh padam. Kita hanya berganti alat, bukan berganti jiwa. Karena bagi kader PMII sejati, administrasi bukan beban — melainkan bagian dari ibadah intelektual.
Maka dari pena ke pergerakan, dari arsip ke aksi, dari masa lalu ke masa kini — tertib administrasi tetap menjadi ruh yang menjaga marwah organisasi. Sebab di balik setiap surat yang rapi, setiap laporan yang tersusun, dan setiap arsip yang terjaga, tersimpan satu pesan abadi dari para pendiri pergerakan: “Bergeraklah dengan teratur, karena ketertiban adalah bagian dari perjuangan.” Banyak yang ramai di akhir cerita, tapi sunyi saat bab perjuangan ditulis.
Sumber:
Dasar Hukum dan Sumber Hukum Administrasi, diklatlpkn.id, 2024. https://diklatlpkn.id/2024/09/24/dasar-hukum-dan-sumber-hukum-administrasi/
Wujudkan Tertib Administrasi dan Efisiensi Pemerintahan, Kemenkum Sumsel, 2025. https://sumsel.kemenkum.go.id/berita-utama/wujudkan-tertib-administrasi-dan-efisiensi-pemerintahan-kemenkum-sumsel-musnahkan-1-335-arsip-fasilitatif

0 Komentar