Kenakalan Bukan Sekedar Terlupakan, Tapi Juga Membahayakan
Penulis: Abdullah Gymnastiar
Kader PMII Kebayoran Lama
Dalam tulisannya, agym menyebut remaja nakal bukanlah nakal, tapi “terlalu lama tidak disapa.” Sebuah kalimat yang terdengar puitis, namun cenderung meremehkan realita.
Fakta di lapangan jauh lebih keras. Tawuran remaja menelan korban jiwa. Geng motor mengancam keamanan warga. Dan banyak dari pelakunya sudah bukan anak-anak yang “terlupakan,” melainkan pelaku kekerasan berulang. Bahkan menurut data Kepolisian, terdapat lebih dari 3.000 kasus kenakalan remaja di Indonesia sepanjang tahun 2024, dengan tren yang terus meningkat di 2025 (Polri.go.id).
Apakah kita masih harus “menyapa” mereka dengan kata-kata manis ketika mereka membawa senjata tajam?
Langkah Gubernur Dedi Mulyadi mengirim remaja bermasalah ke barak militer bukan tindakan kasar, tapi pilihan logis dan terukur. Program ini berbasis persetujuan orang tua, dan berfokus pada pembinaan karakter, bukan hukuman. Dengan disiplin militer, pelatihan mental, dan asupan gizi lengkap, 272 remaja telah menjalani program ini secara aman dan terstruktur (IDN Times, Kompas, RMOL).
agym menyebut sistem yang gagal sebagai akar masalah. Saya tidak menolak itu. Tapi apa kita akan terus menyalahkan sistem tanpa tindakan nyata?
Kita butuh tindakan cepat, bukan sekadar narasi lembut. Karena realita di jalanan tidak mengenal puisi.
E-Koran
𝘉𝘢𝘤𝘢 𝘴𝘦𝘭𝘦𝘯𝘨𝘬𝘢𝘱𝘯𝘺𝘢 𝘥𝘪 𝘌-𝘒𝘰𝘳𝘢𝘯
#𝘦-𝘬𝘰𝘳𝘢𝘯
#𝘱𝘮𝘪𝘪𝘪𝘬𝘦𝘣𝘢𝘭
#𝘴𝘶𝘢𝘳𝘢𝘱𝘮𝘪𝘪
#𝘦𝘥𝘪𝘴𝘪𝘮𝘪𝘯𝘨𝘨𝘶𝘢

Posting Komentar